Harta Karun di Laut Natuna Fantastis, Pertamina Batal Cabut?

Normalita Vinska

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan bahwa PT Pertamina (Persero) tidak sepenuhnya cabut 100% dari pengelolaan Blok East Natuna. Pasalnya, masih terdapat lapangan migas yang cukup menarik dari blok tersebut untuk dikembangkan.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih berdiskusi dengan Pertamina, serta pihak-pihak yang tertarik untuk mengelola Blok East Natuna. Adapun East Natuna sendiri rencananya bakal dipecah menjadi beberapa wilayah kerja (blok) migas.

"East Natuna itu kan ada beberapa lapangan, jadi yang Pertamina kembalikan tidak tertarik yang lapangan gas D-Alpha itu karena CO2-nya tinggi," ungkap Dwi saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM.

Selain mempunyai potensi gas yang cukup besar, Dwi membeberkan bahwa blok jumbo tersebut juga menyimpan potensi minyak. Bahkan, cukup ekonomis untuk dikembangkan. Namun, Dwi belum dapat merinci seberapa besar potensinya.

"Yang minyaknya, kita akan dorong minyaknya supaya cepat dan Pertamina sudah mulai serius untuk menyampaikan proposalnya," kata Dwi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya mengatakan tidak menutup diri bagi siapa saja yang tertarik untuk masuk ke pengelolaan Blok East Natuna. Hal tersebut merespons rencana perusahaan Rusia yang ingin masuk ke blok migas jumbo tersebut.

"Kita buka umum, siapa saja yang tertarik ke seluruh dunia," ujar Dirjen Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM.

Tutuka mengatakan bahwa Kementerian ESDM saat ini masih menanti proses pengembalian Blok East Natuna dari Pertamina terlebih dahulu. Adapun setelah proses tersebut rampung, pemerintah bakal melelang ulang kembali Blok East Natuna dan memecahnya menjadi tiga wilayah kerja.

"Intinya setelah pembagian selesai kita launching buka ke international, terutama tiga di tengah itu ya," katanya.

Menurut Tutuka, pengembangan Blok East Natuna menjadi penting, mengingat rencana pengembangan blok jumbo tersebut sudah tertunda hingga puluhan tahun.

Hal tersebut terjadi lantaran Blok East Natuna memiliki kandungan karbon dioksida (CO2) hingga 71%. Dengan demikian, dari potensinya yang dapat mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF), hanya 46 TCF saja yang dapat dikembangkan.

Menurut Tutuka, pemecahan Blok East Natuna menjadi tiga wilayah kerja lantaran blok tersebut cukup luas.

"East Natuna itu terdiri dari berbagai lapangan ada yang di atas Arwana- Barakuda, di bawah D-Alpha, di bawah Paus East Natuna 3 itu kelompok besarnya. D-alpha ini jadi masalah ini berat sekali kompleks sekali kalau jadi satu orang tidak mau D-alphanya, konsepsinya begitu saja," kata dia.

artikel terbaru