SMPN 9 Tanjungpinang Jadi Pilot Project Program Sekolah Penggerak Berita Lainnya

Ica Juniyanti

Siapa sangka, SMP Negeri 9 Tanjungpinang, yang berada di Pulau Penyengat menjadi satu satunya sekolah negeri terpilih sebagai program sekolah penggerak (PSP), setelah Kepala Sekolahnya, Said Mukhlis lolos seleksi secara nasional oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia (RI).

Sekolah penggerak sendiri merupakan program merdeka belajar yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi literasi, numerasi, dan karakter, didukung dengan kepala sekolah dan guru yang unggul.

Dibalik terpilihnya, SMPN 9 Tanjungpinang, tidak lepas dari visi dan manajemen kepala sekolah dalam memimpin sekolahnya.

Kepala Sekolah SMPN 9 Tanjungpinang, Said Mukhlis mengaku bersyukur dan bangga atas dipilihnya SMPN 9 ini sebagai sekolah penggerak di kota Tanjungpinang.

Dirinya, tidak pernah menyangka bisa lolos dalam proses seleksi yang begitu ketat. Dari 30 orang kepala sekolah negeri dan swasta di Tanjungpinang yang mengikuti seleksi secara nasional, SMPN 9 satu-satunya sekolah negeri yang dinyatakan lolos dan ditunjuk untuk menjadi pilot project program sekolah penggerak di kota Tanjungpinang.

"Alhamdulillah, kami satu satunya sekolah negeri yang lolos sebagai sekolah penggerak, walaupun sekolah kami berada di pulau. Paling tidak, kita mewakili sekolah negeri lainnya. Ada rasa kebanggaan tersendiri bagi saya dan seluruh rekan-rekan guru," ungkap Said.

Said mengatakan, meski penerapan sekolah penggerak baru dilaksanakan pada tahun ajaran 2023/2024. Namun, sebelumnya pihaknya sudah menerapkan kurikulum merdeka di sekolahnya, salah satunya penggunaan chromebook dalam pelaksanaan ujian, e-raport, hingga assesmen diagnostik.

Meski, di sekolahnya ini sulit mendapatkan sinyal, namun fokus utamanya adalah digitalisasi. Karena itu, ia memberi alat pendukung pembelajaran berupa modem orbit untuk para guru, yang bisa di bawa ke kelas dan lingkungan sekolah.

"Karena, belajar itu tidak mesti di kelas saja, tapi bisa dilakukan di alam terbuka seperti di bawah pohon dan lainnya. Kami memanfaatkan fasilitas yang ada untuk proses belajar mengajar. Jadi, anak-anak tak bosan," tuturnya.

Ke depan, kita juga akan mulai menerapkan pembelajaran projek penguatan profil pelajar pancasila (P5). P5 ini nanti mengarahkan siswa terjun langsung berkarakter, bagaimana mandiri, kewirausahaan melalui aktivitas sehari-hari. Sehingga, mereka punya rasa tanggung jawab yang kita kemas dalam sebuah projek.

"Setahun itu ada tiga kali. Hasilnya bisa dalam bentuk prodak, video, maupun laporan. Sekarang ini, kita angkat kearifan lokal Penyengat sebagai destinasi wisata, dari religi, budaya, dan kuliner. Dalam proyek itu kita tanamkan kearifan lokalnya.  Dan mereka juga ikut melakukannya," ucapnya.

Dengan ditunjuk sebagai sekolah penggerak, Said mengaku lebih bersemangat dan termotivasi untuk terus melakukan inovasi-inovasi di sekolah, meskipun ada yang memandang sebelah mata dengan kondisi sekolah kami. Maka, kami membuktikan bahwa siswa-siswi dan guru-guru punya semangat dan kompetensi yang luar biasa.

"Mudah-mudahan ke depan kami semakin lebih baik, lebih semangat, dan termotivasi. Apalagi dibantu oleh kawan-kawan yang luar biasa," ungkapnya.

Di SMPN 9 ini, tidak hanya punya kepala sekolah yang sudah diakui kemampuannya secara nasional, tetapi juga memiliki seorang guru penggerak. Salah satunya, Mujur Adilan Sirait, seorang guru yang mengajar matematika di SMPN 9. Ia mengatakan peranan dirinya sebagai seorang guru penggerak untuk sekolah penggerak ini, diharapkan bisa menjadi sebagai pemimpin dalam pembelajaran.

Dalam hal ini, ia menerapkan apa yang sudah ia dapatkan dari guru penggerak yaitu di mana sebagai guru penggerak memiliki peranan menuntun murid untuk bisa memiliki pembelajaran yang menyenangkan, nyaman, dan mengarahkan mereka sesuai dengan kodrat alam dan zaman mereka.

Disamping itu juga mengarahkan siswa-siswi dan menuntun mereka untuk menggali potensi maupun bakat dan minat yang dimiliki peserta didik tanpa harus menuntut, tapi menuntun mereka untuk bisa menemukan jati diri mereka dan belajar sesuai dengan gaya belajar yang mereka miliki.

Nah dalam hal ini, kata dia, ia menerapkan kegiatan pembelajaran yang diharapkan peserta didik. Oleh karena itu, dirinya mencoba menggerakkan rekan-rekan sejawat untuk melaksanakan yang namanya tes diagnostik itu tadi, yaitu untuk menemukan gaya belajar peserta didik untuk diterapkan di dalam kelas pada semua mata pelajaran.

Dengan tujuan untuk menemukan gaya belajar anak dalam hal mendapatkan apa yang diharapkan mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan oleh bapak ibu guru.

"Tes diagnostik ini sudah kita laksanakan dan sudah kita terapkan dalam kegiatan pembelajaran," ucapnya.

Kemudian, lanjut Mujur, sebagai guru penggerak ia mencoba untuk memiliki nilai seorang guru penggerak di mana ia harus berpihak kepada murid, mandiri, kreatif, inovatif, dan memiliki peranan yang baik.

Sehingga, dirinya tidak hanya menjadi pemimpin pembelajaran, tetapi juga coach bagi guru lain untuk membimbing rekan-rekan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah saat ini dan juga menuntun peserta didik agar memiliki pembelajaran profil Pancasila.

"Saya berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan-rekan guru, anak murid, dan wali murid utntuk merancang visi dari sekolah penggerak yang berpihak kepada siswa melalui prakarsa bagja yang kita buat," ucapnya.

Melalui prakarsa bagja tersebut, langkah yang kita lakukan jelas, kemudian apa solusi yang kita ambil dari permasalahan yang kita dapat, yang belum ditetapkan, dan yang akan ditingkatkan di sekolah.

Menurutnya, di dalam sekolah penggerak peranan guru penggerak sebetulnya sangat dibutuhkan sekali dalam rangka meningkatkan kemajuan, membuat sekolah lebih berkembang, dan juga memiliki siswa yang sesuai dengan profile belajar Pancasila.

Dirinya pribadi menilai program guru penggerak ini sangat bagus, karena bisa menerapkan langsung di sekolah. Di sini ia tidak bekerja sendiri, melainkan berkolaborasi untuk menciptakan kebersamaan, kemandirian, inovasi, kreatifitas, dan juga memiliki satu tujuan berpihak kepada murid.

Artinya peserta didik bisa mengikuti pembelajaran dengan nyaman, aman tanpa ada rasa paksaan dan tuntutan dan juga mereka bisa menemukan jati diri tanpa harus meninggalkan budaya mereka sendiri dan juga bisa mengikuti perkembangan zaman mereka yang harus bisa memahami teknologi.

"Jadi, kita seimbangkan antara kodrat alam atau budaya mereka dengan zamannya. Mudah-mudahan dengan SMPN 9 menjadi sekolah penggerak, bapak ibu guru lain bisa bergerak untuk mengikuti program guru penggerak," tutupnya.

artikel terbaru