Kenali Gejala Stroke Ringan Pada Tubuh Serta Upaya Pencegahannya

Abdul Khoir

Stroke identik dengan penyakit yang dialami oleh para lansia. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan, orang yang berusia sekitar 35 tahun pun juga bisa berisiko terkena stroke.

Dilansir CNBC Indonesia, Stroke sendiri terjadi karena otak tidak lagi mendapat suplai oksigen lantaran aliran darah terputus. Aliran darah yang terputus tersebut dikarenakan oleh dua hal yakni pembuluh darah bocor atau pembuluh darah mampet.

Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyebut prevalensi nasional stroke adalah 13,5 per 1.000 penduduk. Data yang diperoleh tahun 2012-2014, jumlah stroke iskemik sebesar 80 persen dan sisanya sebesar 20 persen adalah stroke hemoragik.

Data Kemenkes 2021 bahkan menyebutkan bahwa stroke sekarang merupakan penyebab kematian nomor 1 di Indonesia dan kecacatan nomor 1 di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut pada hari stroke dunia Tahun 2022, bahwa 1 orang di antara 4 orang akan mengalami kejadian serangan stroke sepanjang hidupnya. 

Stroke bisa terjadi karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Jenis stroke yang paling umum dialami anak muda adalah stroke iskemik yang diakibatkan oleh pembekuan darah yang menyumbat arteri.

Stroke ringan atau transient ischaemic attack (TIA) kebanyakan terjadi secara tiba-tiba. Boleh dibilang gejala stroke ringan atau TIA hampir serupa dengan stroke. Bedanya, gejala stroke ringan hanya berlangsung beberapa menit dan akan hilang dengan sendirinya dalam hitungan jam.

Lalu, seperti apa sih gejala stroke ringan yang umumnya dialami oleh pengidapnya? Nah, berikut beberapa gejalanya menurut ahli di National Institutes of Health - MedlinePlus.

  • Perubahan pada indra, seperti pendengaran, penglihatan, rasa, dan sentuhan.
  • Perubahan kewaspadaan (termasuk kantuk atau tidak sadar)
  • Perubahan mental, seperti kebingungan, kehilangan ingatan, kesulitan menulis atau membaca, berbicara atau memahami orang lain.
  • Masalah otot, contohnya kelemahan otot, kesulitan menelan, atau berjalan.
  • Pusing atau kehilangan keseimbangan dan koordinasi
  • Kurangnya kontrol atas kandung kemih atau usus.
  • Masalah saraf, seperti mati rasa atau kesemutan pada satu sisi

penyakit kardioserebrovaskuler, seperti stroke dan penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan mengubah perilaku yang berisiko.

Contohnya, tidak merokok atau mengisap tembakau, melakukan diet sehat dengan gizi seimbang, menjaga berat badan tepat ideal (mencegah obesitas), tidak mengonsumsi alkohol, dan rutin berolahraga. 

Editor: Abdul Khoir

artikel terbaru