Mengenal Sejarah dan Makna Menu Hidangan Ketupat Saat Lebaran

Abdul Khoir

Menyambut Idulfitri atau Lebaran, rasanya tidak lengkap jika menu hidangan Ketupat tidak dihadirkan. Biasanya Ketupat akan disandingkan dengan menu lain yang menggugah selera seperti opor ayam, sayur labu siam, dan sambal goreng kentang.

Tapi tahukah Anda bahwa tradisi Ketupat memiliki sejarah dan makna tersendiri.

Dilansir Inews.id, pada abad ke-15 hingga abad ke 16, Sunan Kalijaga menyebarkan agama islam. Dalam upayanya itu, ia sekaligus menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman.

Berkat ketupat, penyebaran agama islam bisa diterima masyarakat luas. Banyak masyarakat yang kemudian memeluk agama islam. Bukan hanya sebagai sajian khas Lebaran, ketupat juga memiliki makna atau filosofi mendalam.

Dilansir tempo.co, penggunaan daun kelapa muda sebagai bungkusnya punya makna tersendiri. Daun kelapa muda yang dalam bahasa Jawa disebut juga sebagai janur merupakan akronim dari "Jannah Nur" atau "Cahaya Surga".

Janur juga kadang dianggap merupakan akronim dari "Jatining Nur" atau yang dalam bahasa Jawa memiliki arti "hari nurani". Filosofinya, saat lebaran, sebagai simbol membersihkan hati dari segala macam hal negatif sehingga bisa kembali suci dengan saling memaafkan.

Bentuknya yang punya empat sisi itu juga melambangkan empat macam nafsu dasar manusia, yaitu amarah (emosi), lawamah (lapar dan haus), sufiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang bagus atau indah), dan muthmainah (memaksa diri). Keempat nafsu dasar ini dikendalikan saat puasa.

Secara keseluruhan, makna ketupat adalah nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Sejak disebarkan oleh Sunan Kalijaga, tradisi membuat ketupat saat Lebaran pun terus dilakukan hingga saat ini. Bahkan tak hanya masyarakat Jawa saja yang membuat ketupat, tetapi juga masyarakat di luar Jawa.

Itulah kisah singkat seputar asal usul tradisi menu hidangan Ketupat yang selama ini kita nikmati saat Lebaran tiba.

Editor: Abdul Khoir

artikel terbaru