Tiba-Tiba Rusia Bidik Harta Karun Raksasa RI di Laut Natuna

Gethya Nabilla

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membeberkan, bahwa perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Rusia kepincut untuk masuk ke pengelolaan lapangan gas raksasa RI yakni Blok East Natuna. Salah satunya melalui perusahaan migas pelat merah yakni Zarubezhneft.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa investor yang ingin menggarap Blok East Natuna semakin banyak. Adapun sebelumnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau Petronas, menaruh minat untuk mengembangkan Blok East Natuna.

"Memang berminat saya kira di East Natuna banyak yang berminat dari Malaysia juga berminat. Yang Rusia mungkin hampir sama yang sekarang hampir terlibat di Blok Tuna," kata Dwi saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya menyatakan bakal melelang ulang Blok East Natuna setelah proses penyerahan dari PT Pertamina rampung. Bahkan blok yang dulunya bernama Natuna D-Alpha ini akan dipecah menjadi tiga wilayah kerja.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengatakan bahwa Pertamina selaku operator Blok East Natuna bakal mengembalikan Blok East Natuna ke negara. Mengingat pengembangan blok jumbo tersebut hingga kini tidak ada menemui progres yang signifikan.

"Kita kembalikan dulu ke negara kemudian kita akan lelang tender terbuka untuk D-Alpha. Kita akan coba bagi tiga East Natuna itu," ujar Tutuka di Nusa Dua Bali.

Tutuka menargetkan proses pengembalian Blok East Natuna dari Pertamina ke Pemerintah dapat rampung tahun ini. Sehingga pada awal tahun depan blok tersebut dapat dijadwalkan untuk masuk lelang.

"Kita sudah coba proses sih tahun ini. Nanti lelangnya pengumuman gak tahu ya tapi ini sudah kita proses sekarang karena kalau bisa selesai tahun ini bisa langsung tahun awal depan kita umumkan lelang itu," kata dia.

Seperti diketahui, RI memiliki potensi hidrokarbon sangat besar di perairan Natuna, bahkan dari satu blok migas saja potensinya bisa mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF), yakni di Blok East Natuna.

Namun, karena besarnya kandungan karbon dioksida (CO2) di blok ini, yakni mencapai hingga 71%, membuat gas yang bisa dieksploitasi hanya sebesar 46 TCF.

Meski turun drastis, namun potensi ini masih jauh lebih besar dibandingkan cadangan Blok Tangguh dan Blok Masela. Besarnya kandungan karbon dioksida ini lah yang membuat blok ini tak kunjung dieksploitasi.

artikel terbaru