Kisah Wisatawan Terjebak di Karimunjawa

diki

Cempaka Esa Rosendi (32), wisatawan yang terjebak di Pulau Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, was-was setelah mengetahui tak ada kapal yang berlayar sejak 22 Desember lalu.

Cempaka berlibur bersama suaminya dan keempat anaknya. Ia tiba di Karimunjawa pada 20 Desember. Saat itu kondisi cuaca di kepulauan yang berada di utara Pulau Jawa cerah.


Situasi berubah dua hari kemudian atau saat dirinya dan keluarga berencana pulang. Cuaca mulai tak bersahabat, hujan deras, angin bertiup kencang, dengan gelombang laut yang tinggi. Kapal yang biasa melayani Pelabuhan Karimunjawa-Jepara pun dilarang beroperasi.

Cempaka sempat menceritakan kegusarannya lewat media sosial Twitter kemarin malam. Ia pun membagikan sebuah surat dari Penjabat Bupati Jepara Edy Supriyanta kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan perihal permohonan deviasi kapal Pelni KM. Kelimutu ke Karimunjawa  tertanggal 25 Desember.

Inti surat tersebut berisi permintaan bantuan mengirimkan kapal untuk mengevakuasi sekitar 318 wisatawan dan mengirim bahan pokok makanan untuk masyarakat Karimunjawa.

Cempaka mengatakan telah mendapat informasi bahwa kapal Pelni KM. Kelimutu akan merapat ke Karimunjawa besok.

"Para wisatawan dijanjikan besok akan ada bantuan, kapal Pelni bagi yang ingin keluar dari Karimunjawa. Untuk kapal besar yang angkut logistik belum ada info akan merapat selain KM. Kelimutu ini," ujarnya.
Cempaka menyebut kondisi para wisatawan maupun warga Karimunjawa dalam keadaan sehat. Namun, cuaca masih mengkhawatirkan saat pagi hari.

Ia sempat cemas karena mendapat kabar kapal baru bisa merapat kembali ke Karimunjawa pada awal Januari 2023. Sementara kapal-kapal sudah berhenti beroperasi sejak 22 Desember 2022.

"Berarti kurang lebih 11 hari tanpa kapal. Artinya 11 hari tanpa bahan makanan pokok dan energi. Ya di sini langka bensin," ujarnya.

Menurutnya, selain BBM yang mulai langka, bahan makanan juga terus berkurang. Sejumlah warga mengaku bahan makanan sudah menipis sejak 24 Desember. Warung makan pun mulai tutup pada 25 Desember.

"Kebetulan saya tinggal di hotel yang lumayan. Saya pikir tinggal di hotel ketersediaan bahan makanan akan terjamin. Tapi saat ada yang sebelumnya tersaji dan di tanggal 25 Desember kemarin sudah tidak tersaji lagi dengan alasan "tidak ada kapal" juga," katanya
 

Editor: Jahziel

artikel terbaru